Pages

Friday, October 5, 2012

Wahyu Makuta Rama


Prabu Suyudana mengutus Adipati Karna, Patih Sengkuni dan para Kurawa pergi ke Gunung Kutarunggu atau Pertapaan Swelagiri, karena dewa memberikan penjelasan bahwa barang siapa memiliki makuta Sri Batararama akan menjadi sakti, serta akan menurunkan raja-raja di Tanah Jawa.

Wahyu Cakraningrat

Siapa yang tidak tergiur mendapatkan wahyu atau berkat khusus untuk bisa menjadi raja bagi seluruh umat manusia di bumi? Banyak orang mungkin akan berlomba-lomba mencari dan merebut berkat itu. Tetapi, sayangnya berkat atau wahyu tidak bisa diperoleh sembarangan. Hanya orang tertentu yang mampu mendapatkan wahyu itu. Biasanya, Tuhan memberi wahyu pada orang yang memiliki hati bersih dan berbudi luhur. Cobaan, godaan, dan tantangan hidup harus bisa dilalui oleh setiap orang yang ingin mendapatkan wahyu. Jadi, tidak mudah untuk mendapatkannya.

Rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat Pangruwa Ting Diyu

Dalam lakon wayang Purwa, kisah Ramayana bagian awal diceritakan asal muasal keberadaan Dasamuka atau Rahwana tokoh raksasa yang dikenal angkara murka, berwatak candala dan gemar menumpahkan darah. Dasamuka lahir dari ayah seorang Begawan sepuh sakti linuwih gentur tapanya serta luas pengetahuannya yang bernama Wisrawa dan ibu Dewi Sukesi yang berparas jelita tiada bandingannya dan cerdas haus ilmu kesejatian hidup. Bagaimana mungkin dua manusia sempurna melahirkan raksasa buruk rupa dan angkara murka ? Bagaimana mungkin kelahiran “ sang angkara murka “ justru berangkat dari niat tulus mempelajari ilmu kebajikan yang disebut Serat Sastrajendra.

Petruk Mencari Jati Diri 5 (Bukti Genetis Bahwa Kita Memang Jagoan)

“Kamu ini kenapa sih Gar? Nggak jelas kamu bicara apa,” suara Bagong makin terdengar aneh karena berbicara sambil mengunyah gumpalan gumpalan singkong
“Dasar anak nggak tahu adat, silahkan kamu panggil aku dengan sebutan Reng, atau Gar, atau Gareng, atau apa saja, tapi memanggil Romo dengan dengan lansung menyebut Semar tanpa embel-embel, sangat tidak sopan, tahu?” kemarahan Gareng semakin menjadi

Petruk Mencari Jati Diri 4 (Kita Adalah Bangsa Bibit Unggul)

Truk, Bapak hilang, Bapak hilang!!!” suara cempreng yang sangat dikenal Petruk, suara Gareng. Yang tergopoh-gopoh datang dengan nafas terengah. “Romo Semar hilang, Romo Semar hilang!!!”
Petruk tersenyum-senyum saja sambil menikmati hisapan terakhir rokok siongnya. Kemudian berdiri dan mengikat kayu bakar yang telah dibelahnya

Petruk Mencari Jati Diri 3 (Samrat Rajasuya, Tragedi Kematian Supala)

Memang benar bahwa Semar bukan bapak kandung Petruk. Juga benar bahwa Jelmaan Sang Hyang Ismoyo ini yang menyeret Petruk ke Mayapada. Tapi tak ada sedikitpun perasaan menyalahkan bapaknya atas semua kejadian yang telah terjadi padanya. Tak ada secuil pun fikiran bahwa dirinya di fitakompli oleh Kiai Semar Bodronoyo.

Petruk Mencari Jati Diri 2 (Tumpasnya Ekalaya)

Meskipun selalu berusaha memahami keadaan sebagaimana apa adanya, Petruk tidak sepenuhnya bisa menerima jalan fikiran tuan-tuanya yang seringkali melanggar “paugeran” (aturan), bahkan tak jarang mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.
Bendoro-bendoronya yang selalu diasumsikan sebagai pihak yang benar, ternyata pada kenyataannya seringkali melakukan tindakan yang cenderung keji. Kenyataan yang mau tidak mau menimbulkan perang di batin Petruk, perang batin yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya.

Petruk Mencari Jati Diri 1

Sudah berabad-abad Petruk menyaksikan perubahan jaman. Berjuta-juta tingkah-polah manusia dia saksikan. Ratusan generasi sudah dia lalui. Tetap saja dia tak bisa paham sepenuhnya bagaimana jalan fikiran makhluk yang bernama manusia.
Sebagai salah satu punakawan. Petruk sudah mengabdi kepada puluhan”ndoro” (tuan), sejak jaman Wisnu pertama kali menitis ke dunia. Hingga saat Wisnu menitis sebagai Arjuna Sasrabahu, menitis lagi sebagai Rama Wijaya, menitis lagi sebagai Sri Kresna.